Proteksi kimia
Proteksi
kimia merupakan proses yang didasarkan pada kegiatan pengawetan dengan cara
memproteksi (melindungi) dari luar suatu bahan baik itu bahan sandang, pangan
maupun papan yang ingin diawetkan ini dapat terlindungi dari pengaruh buruk
faktor-faktor eksternal yang dapat memberikan pengaruh pada suatu bahan
tersebut, faktor-faktor itu sendiri ialah suhu, kelembaban dan sebagainya.
Dengan adanya perlindungan atau dengan diberikannya lapisan yang mampu
memproteksi maka benda tersebut akan awet (tahan lama), dimana proses ini hanya
melindungi suatu bahan dari luar saja tidak melindungi sampai ke dalam sehingga
keadaan bahan akan tetap sama seperti awalnya hanya saja bagian luarnya yang
terproteksi oleh suatu hal yang mampu memproteksinya.
Contoh
proteksi kimia dari bahan sandang, pangan serta papan
a. Pengawetan
pada Pangan
Teknik proteksi untuk pangan contohnya adalah ikan
asap yang teknik pengasapannya hanya dilakukan dengan teknik pengasapan dengan
mengoleskan ikan dengan asap cair. Selain juga terdapat beberapa bahan kimia
yang dapat mengawetkan makanan antara lain :
Ø Asam
propionat (natrium propionat atau kalsium propionat) Sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum
yang digunakan adalah 0,32 % atau 3,2 gram/kg bahan; sedngkan untuk bahan dari
keju, dosis maksimum sebesar 0,3 % atau 3 gram/kg bahan.
Ø Asam
Sitrat (citric acid) dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur
tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain.
tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain.
Ø Benzoat
(acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid)
Umumnya berupa garam natrium benzoat, dengan ciriciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar.
Umumnya berupa garam natrium benzoat, dengan ciriciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar.
Ø Bleng Sebagai pengawet pada pengolahan bahan
pangan terutama kerupuk, mengembangkan dan mengenyalkan makanan, serta memberi
aroma dan rasa yang khas. Sebagai pengawet maksimal 20 gram per 25 kg bahan.
Digunakan langsung dalam adonan setelah dilarutkan dalam air atau diendapkan
terlebih dahulu kemudian cairannya dicampurkan dalam adonan.
Ø Garam
dapur (natrium klorida) Sebagai penghambat pertumbuhan mikroba dan untuk
pengawetan ikan, telur, serta bahan-bahan lain. Sebagai pengawet minimal
sebanyak 20 % atau 2 ons/kg bahan.
Ø Garam
sulfat Digunakan dalam makanan untuk mencegah timbulnya ragi, bakteri dan warna
kecoklatan pada waktu pemasakan.
Ø Gula
pasir Sebagai pengawet yang lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat
pertumbuhan bakteri. Sebagai pengawet gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg
bahan.
Ø Kaporit
(Chlor kalk atau kapur klor) Kaporit yang mengandung klor ini digunakan untuk
mensterilkan air minum dan kolam renang, serta mencuci ikan.
Ø Natrium
Metabisulfit Berfungsi untuk mencegah proses pencoklatan pada buah sebelum
diolah, menghilangkan bau dan rasa getir terutama pada ubi kayu dan untuk
mempertahankan warna agar tetap menarik. Natrium metabisulfit dilarutkan
bersama-sama bahan atau diasapkan.
Ø Nitrit
dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat. Sering digunakan pada danging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah daging. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1
% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gr/kg
bahan.
Ø Sendawa
: Dalam dunia industri sendawa biasa digunakan untuk membuat korek api, bahan
peledak, pupuk, dan juga untuk pengawet bahan pangan. Penggunaannya maksimum
sebanyak 0,1 % atau 1 gram/kg bahan.
Ø Dengan
larutan antibiotik yang umum dikenal, seperti tetrasiklin, oksitetrasiklin, dan
klortetrasiklin.
Ø Dengan
gas (fumigasi), misalnya gas etilen oksida dan propilen oksida
Ø Zat
Pewarna Berfungsi sebagai pewarna untuk menarik selera dankeinginan konsumen.
Bahan pewarna alam yang sering digunakan adalah kunyit, karamel dan pandan.
Pewarna sintetis contohnya carbon black untuk memberikan warna hitam, titanium
oksida untuk memutihkan, dan lain-lain.
b. Pengawetan
pada Sandang
Proteksi yang dilakukan untuk mengawetkan pangan
contohnya adalah dengan menambahkan chitosan pada saat pencucian pakaian. Agar
bebas bakteri, bahan pakaian direndam dalam larutan chitosan dengan konsentrasi
1%, ditambah dengan sodium perioda. Komposisinya, dalam 1 meter kubik air cukup
dituangkan 2 liter chitosan. Pakaian kemudian direndam dalam larutan itu selama
dua-tiga jam, dibilas, dan dikeringkan dengan suhu 60-70 derajat celsius.
c. Pengawetan
pada Papan
Pelapisan
plitur pada kayu contohnya rotan dan papan (kusen). Pelapisan ini bertujuan
untuk mencegah masuknya molekul air pada serat kayu agar kayu tersebut tersebut
tidak rapuh. Selain itu tujuan pemelituran kayu adalah agar menjadikan tampilan
kayu menjadi menarik.
d. Pengawetan
pada besi
1. Proteksi
katodik
Pada
proteksi katodik, benda yang terkorosi berfungsi sebagai katoda dari suatu sel
elektrokimia. Kalau tegangan elektrodanya digeser kearah negative sampai
dibawah harga tegangan kesetimbangan korosinya, maka benda tersebut tidak akan
terkorosi. Proteksi katodik dapat dibagi menjadi :
a. Galvanic
protection : dalam hal ini benda yang terkorosi dipasang sebagai katoda pada
suatu sel galvanic. Anodanya yang terdiri dari logam Mg, Zn atau Al berfungsi
sebagai anoda korban yang dapat dilakukan :
- Sebagai
pelapis pada logam dasarnya (mis, baja galvanis)
- Sebagai
pelat anoda terdispersi dengan atau tanpa pengutaran arus
b. Elektrolytic
cathodic protection : cara ini menggunakan objek yang mengalami korosi sebagai
katoda sel elektrokimia yang arusnya disuplai dari sumber arus searah luar
(impressed) current. Anoda tambahannya biasanya terdiri dari logam yang tidak
larut (Pt, Pb, C dan Ni), tetapi dapat pula berupa logam yang dapat larut
(Fe,Al).
Untuk
proteksi baja bahan anoda yang dipakai adalah Mg, Al dan Zn atau paduan dari
logam-logam tersebut atau dengan Ca. Untuk proteksi tembaga dapat dipakai
karbon sebagai anoda karbonnya.
Memilih
insoluble anode untuk electrolytic cathodic protection adalah hal yang tidak
mudah, karena tidak ada bahan yang sama sekali tidak larut bila dipasang
sebagai anoda dalam sel elektrolisa. Dalam lingkunagn yang mengandung larutan
klorida material standar yang dipakai sebagai anoda adalah grafit, sedang dalam
larutan sulfat paduan timbale dengan antimony dan atau perak.
2. Proteksi
Anodik
Pada
proteksi anodik objek yang akan dilindungi dipasang sebagai anoda dari suatu
sel galvanic atau biasanya sel elektrolitik. Kemudian tegangan elektrodanya
digeser kearah positif sehingga untuk logam-logam tertentu akan terjadi
pasifasi kimiawi. Untuk kebanyakan logam hal ini justru akan menyebabkan
terjadinya korosi. Oleh karena itu cara ini pada prinsipnya hanya cocok untuk
logam yang menunjukkan pasifasi kimiawi. Selain itu komposisi dari larutan
korosifnya harus mendukung terjadinya pasifasi. Jadi proteksi anodic tidak
dapat dipakai dalam lingkungan yang mengandung konsentrasi anion dalam jumlah
besar, seperti dalam larutan khlorida.
Ion-ion
sulfat dalam konsentrasi tinggi dapat menggantikan ion-ion khlorida pada
permukaan logam. Jadi baja 18/8 dapat dilindungi secara anodic dalam larutan
yang mengandung 30 % H2SO4 dan 1 % NaCl.
Proteksi
anodic dapat pula dibagi menjadi dua sub kategori yaitu :
a. Galvanic
anodic protection : dalam hal ini logam-logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu) dipakai
sebagai unsure-unsur pemandu atau sebagai surlace coating pada
logam-logam pasifasi (stainless steel, Ti, Ta, Zr)
b. Electrolitic
anodic protection : disini digunakan arus searah dari luar yang disuplai
melalui katoda tambahan dan tegangan potensial objek yang akan dilindungi
(anoda) diatur dengan bantuan potentiostat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar